Wednesday, 2 April 2014

SEJARAH AWAL PERJUANGAN ISLAM BANGSAMORO DI SELATAN FILIPINA

Kisah tentang penindasan Bangsamoro, boleh kita mulakan dari satu nama yang dianggap satu dari seratus manusia paling berpengaruh,  oleh Michael Hart. Namanya Ferdinand Magellan (1480-1521), seorang yang mendapat sematan nama sebagai penjelajah besar yang mengelilingi dunia. Michael Hart mengarungi dunia dengan membawa lima kapal, 265 awak-awak/anak kapal selama hampir tiga tahun. Dalam kurun waktu itu, yang berhasil kembali dengan selamat hanya satu kapal, dan 18 anak buah kapal yang hidup selamat. Ferdinand Magellan sendiri termasuk yang tewas di tengah perjalanan.

Pada tahun 1509, ekspedisi Ferdinand Magellan sampai di wilayah Nusantara. Ternyata tak hanya ekspedisi, Ferdinand Magellan juga membawa misi lain, iaitu kolonialisasi Sepanyol dan misi Kristinisasi. Terjadi pertempuran di wilayah Malaka, karena rakyat menolak kedatangannya. Pada tahun 1521, ekspedisi ini diteruskan dan mereka berjaya menjejakkan kaki di kepulauan Filipina. Proses Kristianisasi dan kolonialisasi langsung terjadi di negara tersebut.
Raja Humabon, bersama rakyat Cebu berjaya dimurtadkan dari agama Islam dan dikristiankan. Bahkan Ferdinand Magellan menggelarkan bahwa rakyat Cebu adalah warga Tuhan Spanyol. Di wilayah Utara proses Kristianisasi terus berlangsung dengan lancarnya. Tapi ketika sampai di wilayah Selatan Kepulauan Filipina, terutama di Mindanao dan Sulu, rakyat yang sebahagian besar telah menjadi Muslim sejak lama memberikan perlawanan yang sengit meski dengan senjata sederhana.
Program Gold, Glory and Gospel terhenti di wilayah selatan Filipina, seperti Mindanao dan pulau-pulau di sekitarnya. Kaum Muslimin melakukan perlawanan dengan gigih dan berani, meskipun Sepanyol menyerang mereka dengan senjata canggih.
Pejuang-pejuang BangsaMoro
Jauh sebelum Ferdinand dan penjajah Sepanyol membawa agama Kristian ke negeri ini, hampir sebagian besar penduduk kepulauan Filipina telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Jejak keislaman mereka, bahkan hingga kini masih ada dan tak mampu dihapuskan oleh penjajah. Nama ibukota Filipina misalnya, Manila diambil dari kata bahasa Arab, Amanullah yang berarti negeri Allah yang aman. Bahkan di wilayah ini pernah berdiri kerajaan Islam yang bernama Kerajaan Tondo.
BangsaMoro adalah pelaut yang hebat
Seperti halnya Indonesia, Filipina adalah sebuah negara yang terdiri dari kepulauan dengan jumlah yang sangat besar. Tak kurang 7107 pulau berada di dalam teritorial Filipina. Islam telah berkembang di wilayah ini sejak abad ke-14. Ertinya, jauh sebelum masa itu Islam telah menjejakkan kakinya dan memberikan sentuhan dakwah pada penduduk setempat. Sampai pada satu titik, seorang raja yang sangat ternama di Manguindanao bersyadahat dan memeluk Islam. Kekuasaan sang raja membesar sampai ke Davao, Tenggara Mindanao dan Islam pun kian menyebar sampai ke Pulau Lanao, Zamboanga dan hampir ke seluruh daerah garis pantai kepulauan Filipina. Tapi ada juga legenda yang menyebutkan, Islam pertama kali dibawa oleh seorang sufi bernama Karim al-Makdum yang berlayar dengan mangkuk besi, boleh berjalan di atas air dan dikhabarkan boleh terbang oleh disebabkan karomahnya.
Sejarah mencatat, ulama-ulama Indonesia berperan besar dalam penyebaran Islam di Filipina. Bahkan disebutkan, seorang pangeran dari Menangkabaw atau Minangkabau bernama Baguinda adalah salah satu pendakwah Islam di wilayah ini, terutama di Sulu, Zamboanga dan Basilan. Kerana itu, tak hairan jika sampai hari ini kita boleh mendapatkan banyak kemiripan antara Indonesia dan Filipina, terutama di wilayah Selatan. Wajah dan postur tubuh, tak jauh berbeza. Bahasa dan kata, banyak yang sama. Contohnya, untuk hidung, mereka menyebutnya hidung. Telinga bergeser sedikit menjadi inga. Kita bahkan menggunakan kata yang sama untuk pintu, kanan, murah, mahal, gunting, balai, aku, kita dan masih banyak kata sama lainnya.
Islam pernah menjelma sebagai kekuatan besar di wilayah Filipina, dan diwakili oleh Kesultanan Sulu. Wilayah kekuasaan Sulu membentang dari Mindanao hingga Sabah di Malaysia. Kesultanan Sulu dipimpin oleh Sharif al-Hasyim Syed Abu Bakar yang menikahi putri Raja Baguinda dan kemudian mendapat gelar Paduka Maulana Mahasari. Sejarah Kesultanan Sulu menerangkan, Sharif al-Hasyim masih memiliki darah keturunan Rasulullah dari Bani Hasyim.
Dari wilayah inilah perlawanan berlangsung dengan sengit ketika penjajah Sepanyol menunjukkan kuku dan taringnya. Tak jauh berbeza dengan yang terjadi di Indonesia, penjajah Spanyol memecah belah persatuan umat Islam dan memberikan stigmatisasi yang buruk. Mereka menyebut orang-orang Islam di Filipina Selatan dengan sebutan Moro yang diambil dari kata Moor yang merujuk kaum Muslimin dalam sejarah Perang Salib.

Suku-suku diadu domba dengan pengaruh dan kekuasaan. Para Datuk yang menjadi penguasa dirasuah dengan pelbagai keuntungan serta hasutan perang suku. Tapi ada satu kekuatan yang ternyata mampu menyatukan mereka, dan itu adalah Islam. Agama Islam datang ke Filipina bukan dengan alasan penguasaan dan perampasan kekayaan, tapi dibawa dengan damai oleh pedagang dan pendakwah. Berbeza dengan Katholik yang disebarkan sebagai tulang punggung penjajahan Sepanyol.
Tentera Islam BangsaMoro
Nama Filipina pun muncul dengan semangat penjajahan. Seorang awak kapal Sepanyol yang bernama Bernardo de la Torre memberi nama kepulauan ini dengan sebutan Filipinas, sebagai penghormatan kepada putra mahkota Sepanyol kala itu yang kelak bergelar Philip II. Kebencian orang-orang Sepanyol karena pernah ditaklukkan di Andalusia, rupanya terbawa sampai ke wilayah Nusantara. Bahkan ketika Philip II berkuasa, dalam suratnya yang dikirim untuk Conquisatador Legazpi, Raja Philip II mengizinkan penduduk Muslim diperbudak dan dirampas hartanya. Kebijakan ini hampir merata pada seluruh kepemimpinan Sepanyol di Filipina. Mereka menyebarkan kabar bahwa Islam ini adalah agama bid’ah, Islam adalah ajaran setan, kaum Muslimin adalah pembawa wabah penyakit dan lain sebagainya. Pendeta Jesuit Pio Pi menggambarkan kaum Muslimin sebagai bajak laut. Bahkan Pendeta Francisco Ducos pendakwah kristian di Illagan mengetuai pasukan militer dan selama tujuh tahun memerangi penduduk Muslim. Tapi kekuatan bersenjata Sepanyol yang demikian besar dan motivasi agama yang dikobar-kobarkan serta dicanangkan pemimpin Katholik, tak mampu menaklukkan wilayah Selatan.
Pertembungan kaum Muslimin yang diketuai oleh Sultan Sulu mampu mempertahankan wilayah ini selama peperangan yang berlangsung hampir tiga abad. Dalam peperangan yang panjang ini, terjadi solidaritas tinggi antara kaum Muslimin di seluruh wilayah Nusantara yang meliputi Indonesia, Malaysia, dan juga Brunei. Bahkan pada era 1638, Kesultanan Makassar dan Ternate berperan sangat besar dalam memberikan bantuannya kepada kaum Muslimin di Filipina.
Pada tahun 1638, ketika Gabernor Sepanyol, Corcuera menyerbu Sulu, Sultan Sulu yang bernama Raja Bongsu mendapat bantuan kiriman pasukan perajurit-perajurit Makassar yang gagah berani. Raja Bongsu memerintah sejak tahun 1612 dengan gelar Mawallil Wasit, dan sejak awal dia telah mendapat serangan dari Spaniard. Pada tahun 1628 misalnya, 200 perwira Sepanyol dengan 1.600 penduduk setempat yang berhasil dikristiankan menyerang Sulu dengan hebat. Tahun 1629, wilayah Sulu direbut antara Camarines, Samar, Leyte, dan Bohol. Pada tahun 1630, kembali Manila Spaniard menyerang, kali ini Jolo menjadi sasaran. Tapi Raja Bongsu berhasil memukul mundur bahkan melukai Lorenzo de Olaso, komandan pasukan dan mereka menarik mundur serangan. Di masa pemerintahan Raja Bongsu inilah terjadi paling banyak peperangan besar antara penjajah Kristen Spanyol dan Kesultanan Islam Sulu.
Perang Sabil, begitu rakyat Sulu menyebut zaman perang melawan kaum kafir Sepanyol. Hampir sama dengan penyebutan di Aceh, Prang Sabi. Tak jauh berbeza kerana sesungguhnya kita serumpun, satu ikatan, bahkan lebih besar lagi, satu akidah: Islam.
Tapi nampaknya perjuangan belum usai setelah Sepanyol berundur dari tanah Filipina. Sepanyol berhasil dikalahkan Amerika dan Sekutunya. Dalam Perjanjian Paris yang ditandatangani 10 Desember 1898, Sepanyol menyeranhkan Filipina kepada Amerika dengan $ 20 juta dolar. Sebenarnya, kelompok-kelompok perlawanan di Filipina pernah mengesahkan kemerdekaan pada 12 Juni 1898, tapi Amerika menolak dan tidak mengakuinya. Maka sejak 10 Desember 1898, Filipina berganti penjajah baru, Amerika Serikat. Amerika dikecam banyak negara Barat, kerana melanggar Doktrin Monroe yang menentang kolonialisme dan imperalisme. Tapi Amerika tak ambil pusing dengan semua gugatan dunia. Pada tahun 1919, sebuah delegasi pergi ke Amerika menuntut kemerdekaan untuk Filipina. Namun dengan sombongnya Amerika mengirimkan The Wood Forbes Mission pada tahun 1922 yang mengatakan, “Filipina belum mampu merdeka.”
Pada period berikutnya, Amerika mengalami kekalahan di wilayah Pasifik oleh negara Jepun. Pada tahun 2 Januari 1942, Manila jatuh ke tangan Jepun. Seperti yang diketahui, kekuasaan Jepun hanya setahun jagung. Akhirnya Jepun telah berjya dikalhkan dan Amerika masuk kembali ke Filipina. Pada 4 Julai 1946, Amerika melepaskan Filipina sebagai negeri jajahannya. Meskipun demikian, sampai hari ini Amerika masih meletakkan penjajahan secara halus dengan cara membangun fasiliti ketenteraan di Filipina.
Manuel Quezson menjadi presiden pertama Filipina. Hari itu tercatat sebagai hari kemerdekaan Filipina. Tapi tidak dengan kaum Muslimin di wilayah Selatan, mereka masih terjajah hingga hari ini. Ertinya, kaum Muslimin di Mindanao dan wilayah Selatan Filipina mengalami penjajahan dalam proses yang panjang. Pertama mereka dijajah Sepanyol, lalu Amerika Syarikat, setelah itu Jepun dan kembali lagi pada Amerika. Kini Bangsa Moro dijajah oleh pemerintah Filipina sendiri. Mereka dianiaya, dizalimi, dirampas dan ditindas.
Bendera Moro Islamic Liberation Front (MILF)
Pejuang Islam Moro di kem tentera

HEBATNYA PAHLAWAN ISLAM

BAPA saudara Rasulullah, Saidina Hamzah Abdul Mutalib benar-benar seorang pahlawan Islam sejati walaupun akhirnya tumpas dan syahid di tangan musuh di Perang Uhud.
Sebelum syahid, belaiu berjaya membunuh lebih 30 tentera kafir dalam perang itu. Bayangkan berapa ramai lagi yang bakal tewas di tangannya andai beliau tidak syahid di tangan hamba kulit hitam Warsyi bin Harb.
Kehebatan Assadullah atau Singa Allah itu benar-benar tiada tandingannya dan sangat dikagumi! Tetapi sayangnya sejauh mana generasi terutama yang muda Islam hari ini mengenali Saidina Hamzah berbanding nama ‘pahlawan’ yang kebanyakannya tidak pernah wujud pun di muka bumi ini.
Malah direka dengan tokok tambah segala macam kekuatan dan kehebatan sedangkan kesemua ‘pahlawan’ itu wujud atas nama animasi kartun dan lakonan untuk melariskan jualan tiket-tiket wayang. Kehebatan Saidina Hamzah wajar ‘dijual’ supaya lebih ramai lagi ‘Singa-Singa Allah’ sepertinya dapat kita lahirkan.
Ia antara lain membuktikan bahawa jumlah musuh yang ramai bukan penyebab umat Islam mengaku kalah dalam perjuangan. Sebaliknya, perlu kuat persis Saidina Hamzah yang relatifnya adalah manusia biasa, tetapi atas nama jihad dan mengharapkan syurga Allah, maka satu demi satu musuh ditumpaskan.
Perang Uhud memang benar-benar mengumpulkan ramai pahlawan Islam yang terbilang. Tetapi yang terbilang selain dari Saidina Hamzah ialah Abu Dujanah seperti yang diceritakan sebelum ini. Kecuali Abu Dujanah yang menampakkan ciri pahlawan yang menggerunkan musuh dengan melilitkan serban merah di kepalanya, pahlawan-pahlawan Islam yang lain mungkin kelihatan begitu ‘sederhana’.
Lebih bersifat tawaduk dan rendah diri malah mungkin mempunyai susuk badan yang kecil tetapi kekuatan yang dipamerkan adalah sangat luar biasa. Salah satu kisah menarik, apabila seorang pahlawan musuh bernama Thalhah dengan sombong dan bongkak mencabar mana-mana pahlawan Islam berlawan dengannya pada peringkat awal sebelum Perang Uhud meletus.
“Siapa yang mahu bertanding berlawan dengan aku,” teriak Thalhah.
Apabila tiada pahlawan Islam yang mahu menyahut cabarannya, Thalhah pun terus menghamburkan kata-kata yang menyakitkan hati pasukan tentera Islam.
“Wahai pengikut-pengikut Muhammad, kamu menyangka Tuhan akan menghantar kami ke neraka dengan pedang kamu dan menghantar kamu ke syurga dengan pedang kami!
“Siapakah antara kamu yang akan mempercepatkan kami ke neraka dengan pedangnya? Atau pun kami akan mempercepatkan kamu ke syurga dengan pedang kami?
“Sungguh, kamu berdusta. Demi Latta dan Uzza, sekiranya kamu semua betul-betul percaya begitu, keluarkanlah seorang daripada kamu kepada kami sekarang,” teriaknya.
Disebabkan kata-kata yang angkuh itu, sahabat besar Rasulullah, Saidina Ali bin Abi Talib pun keluar menyahut cabaran si Thalhah. Tanpa membuang masa, menantu Rasulullah itu menyerang Thalhah dengan sekali libasan pedangnya sahaja berjaya mencederakan kaki pahlawan Quraisy itu sehingga menyebabkan dia cedera parah dan terjatuh tanpa sempat melawan.
Ali kemudiannya meninggalkan Thalhah begitu sahaja yang tidak mati walaupun kakinya putus akibat libasan pedangnya. Rasulullah bertanya mengapa Saidina Ali tidak terus membunuh sahaja musuh yang begitu sombong mencabar tentera Islam itu.
“Thalhah kini begitu malu dengan kata-katanya dan saya kasihan dan tidak sampai hati membunuhnya,” jawab Ali dengan penuh makna.
Dikatakan, sebelum pasukan musuh bertempur secara besar-besaran dengan tentera Islam, hampir 12 pahlawan Quraisy berjaya dibunuh oleh para pahlawan Islam dalam adegan atau pertarungan satu lawan satu.
مشاهد لساحة معركة أحد وجبل الرماة وقبر حمزة عم الرسول
Puncak Bukit Uhud 

SEDARLAH WAHAI UMAT MUHAMMAD S.A.W

Usahlah kamu Percaya dengan apa yang kamu Lihat,


Dan janganlah juga kamu Percaya dengan apa yang kamu Dengar,

Tetapi Percayalah dengan apa yang kamu Rasa (Al-Quran, Rasullullah S.A.W, ALLAH S.W.T),
Kerana setiap Rasa itu adalah Rahsia,
Dan Rahsia itu adalah R0hsia,


Kerana ALLAH jualah yang mengetahui segala sesuatu yang Zahir mahupun yang Batin,



(Oleh :  Tuan Sheikh Muhammad Rosul Al-Ayubi)
 
Mereka (seolah-olah orang yang) pekak, bisu dan buta; dengan keadaan itu mereka tidak dapat kembali (kepada kebenaran).

Dan bandingan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir (yang tidak mahu beriman itu), samalah seperti orang yang berteriak memanggil binatang yang tidak dapat memahami selain dari mendengar suara panggilan sahaja; mereka itu ialah orang-orang yang pekak, bisu dan buta; oleh sebab itu mereka tidak dapat menggunakan akalnya.
(Al-Baqarah 2:171)

TABAT


Alkisah cerita ini berawal dari sebuah padepokan atau pondok pesantren di daerah Purwodadi Jawa Tengah. Di pesantren tersebut tinggalah seorang Kiyai yang memiliki seorang Puteri berserta para santri yang sedang menimba ilmu agama. Salah seorang santri yang mengabdikan diri di pondok tersebut merupakan seorang pemuda yang sangat bodoh. Bertahun-tahun lamanya pemuda tersebut belajar ilmu agama tetapi tidak ada satu pun ilmu yang ia dapat dek kerana kebodohannya itu,  melainkan hanya sepotong ayat dari Surah Al-Lahab yang berbunyi “Tabat Yada”. Maka dari situlah ia dipangil “Si Tabat”. Walaupun bodoh, Si Tabat ini adalah seorang santri yang sangat patuh kepada Sang Guru yakni Kiyai tersebut. Apa pun perintah dari Sang Guru pasti akan ia laksanakan tanpa berfikir panjang.
Pada suatu ketika Sang Puteri Kiyai tersebut mendapat sakit yang aneh. Bertahun-tahun berobat kesana-kemari ke orang-orang pintar, tabib dan dukun tetapi tidak jua kunjung sembuhnya. Maka Sang Kiyai pun berasa hampir putus asa diatas nasib yang menimpa Puterinya. Akhirnya Sang Kiyai pun berdoa memohon petunjuk kepada ALLAH S.W.T agar diberi petunjuk untuk kesembuhan Puterinya. Ketika saat Sang Kiyai sedang tidur, ia bermimpi ada satu suara yang mengatakan “Jika Sang Puteri ingin sembuh maka yang mengetahui akan ubatnya adalah Nabi Khidir A.S. Setelah terbangun Sang Kiyai merasa bingung terhadap mimpinya semalam dan beliau berfikir bagaimana caranya untuk mencari Nabi Khidir dan siapakah yang layak untuk mencarinya.


Setelah berfikir dengan mendalam akhirnya Kiyai tersebut memanggil Si Tabat untuk menghadapnya dan diberi tugas untuk mencari Nabi Khidir. Karena kepatuhannya Si Tabat tanpa berfikir panjang langsung menerima apa sahaja yang diamanatkan dari Gurunya tanpa mengetahui siapa dan dimanakah Nabi Khidir. Setelah mendapat amanat tersebut Tabat langsung pergi mencari Nabi Khidir, tetapi saat keluar dari pesantren Tabat kembali lagi menemui Sang Kiyai. Karena kebodohannya Tabat baru menyadari siapa dan dimanakah orang yang harus dicarinya. Akhirnya Sang Kiai menjelaskan siapakah Nabi Khidir itu. Dan Sang Kiyai berkata “Jika kamu ingin mencari Nabi Khidir maka kamu harus menyusuri sungai hingga nanti akan kamu bertemu dengan seseorang yang memakai jubah putih. Setelah bertemu dengan Nabi Khidir nanti kamu harus bertanya apakah ubat yang dapat menyembuhkan Puteriku daripada penyakitnya yang aneh itu”. Setelah mendapatkan penjelasan dari gurunya itu Tabat pun langsung berangkat dengan menyusuri sungai mencari Nabi Khidir. 


Maka bertahun-tahun Si Tabat berjalan menyusuri sungai tersebut dalam mencari Nabi Khidir. Ketika di tengah perjalanan Tabat melewati sebuah Perkuburan Lama. Pada saat itu jualah dia terdengar akan suara tanpa rupa yang memanggilnya. “Tabat kamu mahu kemana nak?”. Tabatpun langsung menjawab “Siapa kisanak? Aku mau mencari Nabi Khidir”.  Suara itu menjawab “Aku orang yang berada di dalam kuburan ini. Kebetulan sekali nak, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?.”  Ternyata orang yang ada di dalam kubur tersebut adalah seorang yang alim, tetapi saat dia di dalam alam kubur selalu disiksa.  Dan ia ingin meminta tolong kepada Tabat jika bertemu dengan Nabi Khidir agar ditanyakan mengapa dia disiksa. Si Tabat pun langsung bersetuju dengan permintaan seorang di dalam kubur tersebut.

Tabat pun melanjutkan perjalanan menyusuri sungai dan di tengah perjalanan dia bertemu dengan sepohon Mangga yang besar. Pohon mangga itu pun juga berbicara pada Tabat dan memohon agar ditanyakan kepada Nabi Khidir. “Mengapa buah manggaku tidak pernah diambil dan dimakan  orang?” Tabat pun juga bersetuju diatas permintaan pohon mangga itu.


Tabat pun melanjutkan pencariannya lagi dan di tengah perjalanan ia menjumpai sebuah Sumur Tua dan anehnya sumur tua itu pun berbicara kepadanya serta memohon pertolongan jika bertemu dengan Nabi Khidir untuk ditanyakannya “Mengapa air didalam sumurku ini tidak pernah diminum orang?”. Tabat pun bersetuju diatas permintaan sumur tua itu dan menjawab “Ya”.


Setelah bertahun-tahun menyusuri sungai, akhirnya usaha Tabat membuahkan hasil. Ia menjumpai seorang Tua yang memakai jubah putih bersih. Tabat pun menghampiri dan bertanya “Adakah Kisanak Nabi Khidir?”. Ternyata orang tua yang berjubah putih itu adalah Nabi Khidir. Tabat pun langsung menangis dan bersujud karena bersyukur kepada ALLAH setelah usahanya di perkenankan.
Tabat langsung menyampaikan amanat dari Sang Kiyai bahawa Sang Kiyai ingin meminta petunjuk untuk penyakit puterinya. Nabi Khidir pun menjawab dan memberi petunjuk jika Sang Puteri itu ingin sembuh dari penyakitnya maka dia harus dinikahkan. Karena kebodohannya, Tabat langsung menerima jawapan tersebut tanpa bertanya dengan siapa Puteri itu harus bernikah.
Setelah itu Tabat menyampaikan pesan permasalahan  dari Orang yang berada di dalam kubur itu, pohon mangga dan sumur tua. 
Nabi Khidir menjawab “Sebenarnya orang yang berada di dalam kubur itu adalah seorang Ulama, karena ia memiliki ilmu tetapi tidak pernah disampaikan kepada orang lain maka di dalam kubur arwahnya menjadi tidak tenang. Jika orang itu ingin bebas, maka suruh lepaskan ilmunya kepadamu Tabat. maka ia akan menjadi tenang di alam kubur”.


“Mengapa pohon mangga buahnya tidak pernah di ambil orang walhal buahnya besar-besar. Hal itu dikarenakan di dalam pohon mangga itu terdapat Pusaka yang ampuh. Jika ingin buahnya diambil dan dimakan orang. Maka ambillah pusaka itu.”


“Yang terakhir mengapa sumur itu airnya tidak pernah diambil orang. Itu karena di dalam sumur itu terdapat sebuah emas. Jika ingin airnya diambil oleh orang maka suruh sumur itu serahkan emasnya kepadamu.”


Setelah mendapatkan amanat dari Nabi Khidir, Tabat langsung memohon untuk kembali pulang. Setibanya ia di sumur tua Tabat menyampaikan apa yang diamanatkan Nabi Khidir. Akhirnya diberikanlah kepada Tabat emas yang ada didalam sumur itu. Setelah menemui Mangga diberikanlah pusaka ampuh dari pohon mangga itu. Setelah sampai dikuburan diberikanlah tabat ilmu dari ulama itu. Akhirnya Si Tabat manjadi orang yang Pandai, Kaya dan Sakti.
Setelah bertahun-tahun berkelana akhirnya Tabat tiba di Pesantren. Semua orang tidak mengenalinya karena Tabat terlihat bagaikan seorang yang pandai berpendidikan, sopan dan santun. Berbeda dengan tabat beberapa tahun yang lalu. Bahkan gurunya Sang Kiyai pun tidak juga mengenalinya karena perubahan Si Tabat. Akhirnya setelah Tabat menceritakan apa yang terjadi akhirnya Kiai pun terharu akan diri Tabat yang ada sekarang. Sang Kiyai dan para teman-teman santrinya tidak menyangka setelah kembali Tabat menjadi seorang yang pandai, kaya dan sakti. Tabat juga menyampaikan ubat untuk kesembuhan Puteri Kiyai iaitu agar Sang Puteri dinikahkan. Tetapi Kiyai bertanya dengan penuh rasa ragu “Kepada siap harus kunikahkan Tabat?” Tabat pun juga tidak tahu kepada siapa harus dinikahkan. Karena Si Tabat yang berjasa dan dapat menemukan Nabi Khidir akhirnya Tabat dinikahkan dengan Puteri Kiyai tersebut. Akhirnya Sang Puteri pun sembuh dan menjadi isteri Tabat serta hidup bahagia.
Karena kepatuhan terhadap guru dan orang tua akan mendatangkan berkah.

Itulah sepenggal cerita yang saya kutip saat menghadiri Pengajian Akbar dalam rangka Khoul Manakib Syeikh Abdul Khodir Al-Jaelani dan KH. Jauhari Umar di Pasutuan Jawa Timur.

GURINDAM DUA BELAS12 RAJA ALI HAJI



Gurindam I

Ini gurindam pasal yang pertama:

Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.


Gurindam II

Ini gurindam pasal yang kedua:

Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.


Gurindam III

Ini gurindam pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.


Gurindam IV

Ini gurindam pasal yang keempat:

Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.


Gurindam V

Ini gurindam pasal yang kelima:

Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.


Gurindam VI

Ini gurindam pasal yang keenam:

Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,


Gurindam VII

Ini Gurindam pasal yang ketujuh:

Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.


Gurindam VIII

Ini gurindam pasal yang kedelapan:

Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.


Gurindam IX

Ini gurindam pasal yang kesembilan:

Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.


Gurindam X

Ini gurindam pasal yang kesepuluh:

Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.


Gurindam XI

Ini gurindam pasal yang kesebelas:

Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujah.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.


Gurindam XII

Ini gurindam pasal yang kedua belas:

Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.

Tuesday, 1 April 2014

SAIDINA IMAM HUSSEIN R.A SYAHID AGUNG




Suatu malam Ummi Fasal bermimpi, aneh sekali. Dalam mimpinya ia melihat, bahawa ada bahagian dari badan Baginda Rasulullah S.A.W, terbang melayang akhirnya hinggap dipangkuannya. Ummi Fasal merasa negeri, terkejut dan tersentak bangun. Rasa takut mengganggu dirinya, sehingga semalaman tidak dapat tidur lagi. Ummi Fasal resah gelisah diganggu mimpinya itu. Apakah gerangan tadbir mimpinya itu?

Keesokan harinya Ummi Fasal pergi menceritakan mimpinya kepada Baginda Rasulullah S.A.W, mendengar akan cerita itu Baginda Rasulullah S.A.W berkata: “Ummi Fasal! Jangan khuatir itu mimpi yang baik, Ummi Fasal akan bahagia memangku seorang bayi yang akan dilahirkan oleh anakku Fatimah”.

Akhirnya hari bahagia yang dinanti-nantikan itu datang jua. Pada tanggal 5 Syaban tahun 4 Hijrah, Saidatina Fatimah Az-Zahrah melahirkan seorang bayi laki-laki, wajahnya cantik molek, sehingga mempesona setiap orang yang datang menengoknya.

Beberapa hari kemudian Ummi Fasal membawa putera kesayangan ini kepada Baginda Rasulullah S.A.W, dan meletakkannya dalam pangkuan Baginda. Rasa bahagia kembali memenuhi kalbu Baginda Rasullullah S.A.W, Baginda mula mencium, mengulas, membelai serta menepuk-nepuk halus badan cucunya dengan telapak tangannya. Tiba-tiba air mata Baginda mulai bergenang, laksana lubuk yang terbendung. Air mata ini memenuhi kedua mata Baginda.

Ummi Fasal heran tercengang melihat Baginda menangis dalam bahagia dan berkata: “Ya Rasulullah. Kenapa Ya, Rasulullah bergenangan air mata?”

“Kerana…O, kerana, kenapa aku takkan sedih…” kata Baginda Rasulullah S.A.W

“Baru sebentar ini Jibrail datang menjelma mendekat daku. Diterangkannya, bahawa pengikut-pengikutku sendiri akan membunuh cucuku ini. Jibrail telah memperlihatkan kepadaku tanah tempat cucuku ini akan disembelih. Tanahnya merah mendarah”.

.............

Kecintaan Baginda Rasulullah S.A.W Kepada Kedua-dua Cucunya.

Baginda mencintai kedua-dua cucunya dengan sepenuh hatinya. Kasih saying Baginda ini tidak mengenal batas. Semaki dipandangnya akan kedua-dua cucunya, semakin senang rasa hatinya. Alangkah besarnya nikmat ALLAH yang telah menciptakan kedua insan kecil yang bisa memberikan kebahagiaan dalam hatinya.

Pada suatu malam Usamah bertamu kerumah Baginda. Seperti biasa Baginda menyongsongnya kemuka pintu. Baginda memangku sesuatu yang dibungkus dengan kain. Baginda dan Usamah beberapa lama bercakap-cakap. Hanya Usamah sekali-sekala melirik kepada bungkusan yang dipangku Baginda. Sewaktu hendak pulang Usamah yang ingin tahu, bertanya kepada Baginda: “Ya Rasulullah, bungkusan apakah yang tidak pernah lapas dari pangkuan Ya Rasulullah itu?” Perlahan-lahan Baginda membuka kain penutup bungkusan itu. Usamah melihat HASSAN dan HUSSEIN, berbaring tenang dibawahnya, dan Baginda berkata: “Wahai Usamah, kedua anak ini putera Fatimah. Ya ALLAH, Ya Rabbi, kasih sayangku tertumpah kepada kedua cucuku ini. Aku harap demi ALLAH saudara pun akan mencintai mereka ini, seperti mereka itu mencintai kita juga”.

.............

Kata-kata Perpisahan Seorang Ayah

Serangan pembunuhan atas diri Saidina Ali Kwjh terjadi pada 19 Ramadan dan Saidina Ali wafat pada tanggal 21 bulan itu. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Saidina Ali memanggil Hassan dan Hussein dan memberi amanat sebagai berikut:

“Aku ingin kamu senantiasa bertaqwa kepada ALLAH. Janganlah kamu merasa kecewa, kerana kamu tidak biasa memperoleh sesuatu yang kamu inginkan. Berbaik-baiklah dengan orang lain. Bantulah orang yang lemah melawan orang yang menindasnya”.




(Petikan-petikan dari Novel Karya Prof. Fazl Ahmad - Husein Syahid Agung)


Saidina Imam Ali Kwjh (r.a) berkata:
Beruntunglah orang-orang yang zuhud di dunia dan cintakan akhirat. Mereka adalah orang yang menjadikan bumi sebagai hamparan, debunya sebagai tilam , airnya sebagai wangian, Al-Quran dan Do'a sebagai selimut dan Syi'ar.

PUSAKA KERIS MELAYU


Keris Pusaka


Sekiranya kita membicarakan tentang adat-resam dan kebudayaan Melayu seperti mana adat-istiadat Pertabalan dan kebesaran Raja-raja Melayu maka Keris merupakan salah satu elemen yang sangat terpenting sekali sehingga ianya tidak dapat diketepikan secara langsung akan peranannya didalam adat-istiadat budaya Melayu itu sendiri. Keris juga melambangkan keunggulan dan kewibawaan Melayu yang bukan sahaja sebagai senjata pada Ilmu Persilatan itu sendiri malah ianya juga meliputi kepada kuasa-kuasa ghaib, mistik dan magis. Banyak bahan-bahan cerita lisan dari orang-orang lama mahupun hikayat-hikayat ataupun kitab Melayu lama menceritakan akan perihal Keris. Pada abad ini Keris boleh diletakkan dalam beberapa kategori:

- Keris Semenanjung


     - Keris Sumatera
  
     - Keris Jawa

     - Keris Bugis


     - Keris Bali dan Madura


     - Keris Sundang atau Sulu

     - Keris Pekaka 


Tak Melayu Kalau Tak BerKeris,
Ibarat
Tak Berketurunan Kalau Tak BerWaris,
Kerna
Diberi tanah habis digadaikannya,
Diberi duit nanti habis dijolinya pula,

Maka diberi Keris itu sebagai tanda keJantanan dan keMelayuannya,
Sebagai tanda untuk meneruskan perjuagan yang belum selesai,
Sebagai tanda memperingati kewujudan keturunannya,
Maka jadikanlah Keris sebagai tanda Pusaka kewujudan Melayu kepada anak cucu kita.


Kisah Perihal Akan Besi

A025
Demi sesungguhnya! Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti dan mukjizat yang jelas nyata, dan Kami telah menurunkan bersama-sama mereka Kitab Suci dan keterangan yang menjadi neraca keadilan, supaya manusia dapat menjalankan keadilan dan kami telah menciptakan besi dengan keadaannya mengandungi kekuatan yang handal serta berbagai faedah lagi bagi manusia. (Dijadikan besi dengan keadaan yang demikian, supaya manusia menggunakan faedah-faedah itu dalam kehidupan mereka sehari-hari) dan supaya ternyata pengetahuan Allah tentang orang yang (menggunakan kekuatan handalnya itu untuk) menegak dan mempertahankan agama Allah serta menolong Rasul-rasulNya, padahal balasan baiknya tidak kelihatan (kepadanya); sesungguhnya Allah Maha Kuat, lagi Maha Kuasa.